Mazhabkepanjen.com - Persoalan apa,
siapa, bagaimana dan dimana Tuhan itu adalah persoalan setua umur manusia. Manusia
takjub dan tak habis pikir dengan keberadaan dirinya dan alam semesta. Alam
semesta beserta isinya terlalu perkasa untuk dikatakan diciptakan oleh manusia.
Beberapa orang yang belakangan disebut filsuf
berspekulasi bahwa alam terbentuk dari air (Thales), terbuat dari udara
(Anaximes), tersususn dari atom-atom (Demokritos & Leukippos) dan beberapa
spekulasi lain[2].
Berbeda dengan
perjalanan para filsuf itu, Ibrahim tidak punya konsepsi awal tentang tuhan.
Awalnya, manusia yang hidup 4000 tahun yang lalu ini meyakini bahwa bintang,
bulan dan matahari adalah tuhan. Tetapi tatkala bintang, bulan dan matahari
tenggelam ia berubah keyakianan. Baginya
tidak mungkin tuhan menghilang, maka tuhan yang sebenarnya tidak tampak (gaib).
Melalui menegasikan yang pernah diyakininya ia menemukan tuhan[3].
Konsep ketunggalan tuhan Ibrahim inilah yang kemudian dijadikan pijakan oleh
beberapa agama dalam merumuskan teologinya. Setidaknya ada tiga agama, Islam,
Kristen, Yahudi (Agama Abrahamik) yang mengadopsi konsep theos ayah Ismail itu, meski sejarah Brahma dalam Hindu hampir sama
dengan Ibrahim.
Namun demikian,
ketiga agama diatas punya interpretasi yang berbeda terhadap ke-Esaan Tuhan. “Modifikasi”
pemahaman itu memunculkan konflik teologis
yang tak berkesudahan satu sama lain. Saling tuduh “kafir” bahkan
pembunuhan atas nama keabsahan interpretasinya terhadap tuhannya. Sejarah tuhan
tak lain sejarah pertumpahan darah, penjarahan, penuh curiga, tuduh menuduh dan
kengerian lainnya.
Baca Juga: Menjadi Stoik Mengatasi Kecemasan
Mereka mempreteli tuhan dengan dugaan-dugaannya, tuhan
menjadi tuhan yang subjektif yang tak punya kuasa apa-apa untuk menunjukkan
definisi dirinya. Tuhan “ditelanjangi” sedemikian rupa sehingga tak punya satu
potong kainpun untuk menutup dirinya. Mereka berusaha menjadi “dokter-dokter”
untuk menyelelamatkan kematian tuhan. Lalu menghidupkan tuhan, mengajaknya
bicara, berdemonstrasi dsb. Lalu tuhan versi yang mana yang paling benar dan
layak untuk diimanai?
Pada diskusi
kali ini, saya akan mencoba membahas konsep trinitas Kristen ditilik dari
“mikroskof” Islam. Tuhan satu dari Ibrahim ternyata setelah sampai ditangan
Kristen menjadi tiga: Tuhan Bapa, Ruhul Kudus (Holy Spirit/Ghost Spirit), dan Tuhan Anak (Yesus). Kafir!! Mana
mungkin tuhan punya anak, Al- Qur’an sudah bilang pada Surat Al-Ikhlas. Tuhan
itu absolute, unik dan disting[4].
Penyamaan sesuatu apapun dengan tuhan adalah bentuk penistaan terhadap
keabsolutan tuhan. Hingga ia tidak unik dan tidak disting.
Tapi marilah
kita berlogika, tuhan adalah mahakuasa ia mampu melakukan apapun. Termasuk
melahirkan seorang anak dari rahim wanita suci (Maryam/Maria) meski tidak
bersuami. Artinya sangat logis jika tuhan menjelma manusia, dan sebaliknya
sungguh tidak masuk akal jika justru manusia yang menjadi tuhan. Penyaluran kalam
tuhan melalui ruhul kudus ke dalam perut Maria adalah kehendak hakiki tuhan
yang tidak bisa diintervensi oleh manusia. Jadi meski ada tiga tuhan tetapi
sejatinya tetap satu, untuk itu Kristen tetap mengatakan dirinya sebagai agama
monoteisme. Analoginya sederhana ibarat air yang bisa menjelma menjadi es batu,
uap dan cair, tetapi esensinya tetap air.
Baca Juga: Secangkir Kopi Filsafat
Masing-masing penjelmaan itu tidak
bisa dikategorikan satu sama lain. Meski punya esensi yang sama tetapi es batu
tidak bisa disebut uap, dan tidak bisa disebut benda cair, begitu juga uap
tidak bisa disebut es batu atau benda cair, pun air tidak bisa disebut es batu
atau uap. Tetapi ketiganya adalah satu (air). Umat
Kristen Trinitarian menyebut tiga entitas Tuhan sebagai co-eternal (sama kekal), co-substantial
(sama substansi), and co-equal (sama
sederajat). Makanya
kemudian disebut Tritunggal.
Begini ilustrasinya:
Dengan demikian
monoteisme masih layak untuk disandangkan pada Kristen. Lalu bagaimana dengan
Konsisili Nicea (325 M) yang mengangkat Isa sebagai tuhan? bukankah penuhanan
terhadap Isa hanya hasil musyawarah manusia? Dengan demikian sangat tidak
pantas Yesus dituhankan, masak tuhan
diangkat oleh manusia. Naif sekali bahkan bego’
banget!.
Perlu diketahui
bahwa konsili Nicea adalah upaya de jure
untuk melegalkan ketuhanan Yesus. Kerena secara de facto sebelum konsili itu umat Kristen sudah mempercayai bahwa
kalam tuhan menjelma sebagai seorang Isa. Hal ini berlandaskan pada beberapa
alasan yang telah dikemukakan diawal. Beberapa analis memang mengaitkan
muktamar kubra itu dengan posisi Athanasius sebagai dewan pertimbangan Raja
Konstantin[5]
untuk mengukuhkan Yesus sebagai tuhan.
Konon Athanasius dituduh menging-imingi
Raja akan kelanggengan posisinya sebagai pemimpin. Analisis ini boleh juga
untuk melengkapi sudut pandang dalam menguak misteri Konsili Nicea. Tetapi yang
perlu diketahui, Athanasius tidak pernah naik jabatan meski konsili itu
terbilang sukses. Ia, dalam debatnnya, berhasil mengalahkan Arius dan kubu
Arian selaku peimimpin dan pengikutnya yang menolak untuk menobatkan Yesus
sebagai tuhan. Baginya, Yesus bukan tuhan tetapi Nabi sebagaimana nabi-nabi
pembawa wahyu.
Tanpa mengesampingkan latar sejarah yang
sebatas bersifat de jure itu, mari
kita berdebat lebih jauh lagi karena, bagi Ernes Renan, sejarah tidak selalu
menghadirkan suatu fakta yang jelas dan benar. Sejarah mesti singkron dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Sebenarnya, keyakinan
terhadap trinitas bukan semata punya Kristen, dalam hindu dikenal dengan Trimurti:
Brahma, Vishnu dan Siva, orang Mesir kuno menyimbolkan tuhannya dengan sayap, sebuah peta dunia, dan sebuah serpent, bahkan konsep syahadat Islam juga
melibatkan trinitas yaitu hamba, nabi
Muhammad dan tuhan. Jangan-jangan meminjam bahasa Ach. Dofir Zuhry yang benar
memang Trinitas. Jangan kebakaran jenggot dulu suf!!
Umat Kristen membenarkan bahwa Yesus itu manusia,
tetapitetap sebagai kalam tuhan. Yesus adalah seorang messiah yang berarti pemimpin besar, dibahunya tersandang gelar Kristus yang berarti juru selamat[6]. Karena
manusia sejak lahir sudah menerima original
sin yang diwariskan karena kecerobohan prilaku Adam. Yesus perlu
menyelamatkan manusia ini dengan megorbankan dirinya ditiang salib. Dengan
disalib Yesus telah menebus dosa manusia. Lantas butuh berapa yesus lagi yang
harus disalib sebagai tumbal dosa manusia? Ini bukan persoalan matematis,
tetapi apa yang dilakukan Yesus ini adalah semata-mata agar manusia juga
bersikap tulus dalam bertindak.
Sehingga kematian Yesus di tiang salib bukan
kematian tuhan melainkan ia kembali ke langit dan siap turun menjelma kebaikan
dalam kepungan kejahatan. Yesus juga mengajarkan bagaimana berdo’a, bahwa yesus
sering mendaki ke atas gunung masuk hutan belantara dan dalam kegelapan ia
berdo’a[7]. ini
digambarkan dalam Yohanes 11:41 “Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus
menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena
Engkau telah mendengarkan Aku” .
Sehingga papar Aquinas menyembah Yesus menjadi wajib karena ia yang tampak.
Beberapa Ambiguitas
Namun demikian teologi Kristen punya persoalan yang
cukup serius. Misalnya dalam Matius 5:9
menyatakan bahwa yang mampu mendamaikan orang akan menjadi anak Allah. Lalu
kenapa Kristiani membatasi anak allah hanya pada Yesus. Bukankah setiap manusia
berhak sebagai anak allah dengan melakukan perdamaian. Kemudian Lukas 22: 43-44 “Ia sangat
ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti
titik-titik darah yang bertetesan ke tanah”. Disini tampak bahwa Yesus
berdo’a kepada tuhan, kerena tidak mungkin tuhan berdo’a kepada dirinya
sendiri. Apalagi ia dikatakan sangat ketakutan, lalu dimana keperkasaannya kok
ketakutan.
Diayat lain dikatakan “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus
Kristus yang telah Engkau utus”
Yohanes 17:13 Ayat tersebut sangat selaras ketika meyakini bahwa Yesus hanyalah
seorang manusia utusan Allah SWT, bukan jelmaan Allah SWT. Yesus sama sekali
tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah jelmaan Allah SWT dan Yesus juga
tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan. Tidak ada satu ayatpun yang
menyatakan Yesus mengaku sebagai Tuhan.
Pelaknatan
terhadap manusia-manusia yang menyalib Yesus terlihat sangat ganjil. Karena
jika yesus memang untuk disalib dan menebus dosa manusia dengan darahnya,
mestinya para penyalib itu di puja bahkan patut dihadiai surga, bukan dilaknat[8]. Kemudian
di Yohanes 17:3 dikatakan bahwa tuhan sebagai yang esa. Kalau kita sedikit
berdebat secara etomologis, maka muncul ambiguitas selanjutnya. Kata Esa
menunjukkan ketunggalan tetapi nyatanya tuhannya tiga. Maka secara etimologis
tidak konsisten.
#filsafatmazhabkepanjen
[1] Debu Masalembu
yang tersesat dan nyangkut di Kepanjen tepatnya di STF-Al-Farabi.
[3] Muhammad
Al-Fayyadl. Teologi Negatif Ibn A’arabi:
Kritik Metafisika Ketuhanan. Jogjakarta. LKiS. 2012. Hal 101-102
[4] Demikian kata
Eggi Sujana sebagaimana dibenarkan kawan-kawan filsuf STF- Al-Farabi.
[5] Beberapa
refrensi menuduh bahwa raja Konstantin penganut pagan, sehingga Athanasius
katanya juga memasukkan nilai pagan ke dalam Kristen.
[6] Agus Hakim. Perbandingan Agman. Bandung. Cv. Diponegoro. 1990. Hal 93
[7] Teologi Negatif Ibn’ Arabi. Hal 112.
[8] Selengkapnya
baca Ach Dhofir Zuhry. Kontraversi
Ketuhanan Yesus.
2 Komentar
kalo ada yang tanya, kamu ini Islam apa bukan sih jawabnya gimana kawan ?
BalasHapusterus kalo aku yang tanya gitu, apa nanti aku divonis seorang yang sok paling benar ?
Apa masih perlu buatmu kawan apa agama saya untuk menilai benar dan salahnya dari tulisan di atas?
BalasHapus