Oleh: Herlianto. A
Ilustrasi buku logika. Foto/dok Mazhabkepanjen |
Mazhabkepanjen.com - Saya ingin berbagi pengalaman setelah membaca
beberapa buku logika. Buku-buku logika ini, menurut saya, sangat cocok untuk
dibaca bagi pemula atau pelajar filsafat yang masih amatir seperti saya. Ada
lima buku yang akan saya bahas kali ini, satu berbahasa Inggris dan yang 4
bahasa Indonesia.
1.
Introduction to Logic (Irving M. Copi)
Buku ini, menurut saya, sangat bagus untuk belajar
logika karena sangat detil menghadirkan persoalan-persoalan penting dalam
logika. Dan, yang khas adalah contoh yang digunakan diambil dari
pernyataan-pernyataan para filsuf. Termasuk ketika kita diminta untuk
menganalisis kasus logika, itu juga dari pernyataan para filsuf.
Misalnya, ketika membahas soal definisi. Ada
pernyataan Baruch de Spinoza yang kemudian dianalisis apakah pernyataan itu
memenuhi syarat definisi atau tidak.
Pernyataannya begini: by good, I understand that which we certainly know is useful to us
(kebaikan, saya memahaminya adalah apa yang bermanfaat bagi kita). Kalau
dikonstruksi pernyataan ini menjadi definisi, maka jadi begini: kebaikan adalah sesuatu yang bermanfaat.
Itu salah satu contoh saja. Ada banyak contoh dan
soal-soal yang menggunakan pernyataan filsuf langsung dalam buku ini. Adapun
pembahasannya, mencakup tiga bagian besar, yaitu bahasa, deduksi dan induksi. Tiga hal ini dibahas dengan
sangat rinci dan detil.
Baca Juga: Secawan Mazhab Kepanjen
Makanya, buku ini cukup tebal, 540 halaman. Sub bahasa
mengulas soal hubungan antara bahasa dengan logika, penggunaan bahasa dalam
logika, kemudian beberapa fallacy dan definisi.
Bagian deduksi membahasa proposisi kategoris,
silogisme kategoris, logika simbolik. Logika simbolik ini logika modern yang
cenderung menggunakan simbol. Contoh sederha, jika p maka q, p berarti q. Tentu
saja logika modern jauh lebih kompleks dari itu. Kemudian membahas metode
deduksi dan teori kuantifikasi. Adapun bagian induksi membahas analogi,
hipotesis dan sains kemudian probalitas.
Pendeknya begini, pada bagian deduksi menyorot
bagaimana membuat argumen-argumen atau kesimpulan yang valid berdasarkan
proposisi atau premis-premis yang mapan. Sementara pada induksi membahas bahwa
tidak semua argumen itu deduktif, ada di mana argumen itu dibuat bukan untuk
membuat validitas melainkan untuk memberikan probabilitas, mana yang lebih
mungkin.
Misalnya begini: si A mengatakan air laut asin dengan
pembuktian 500 liter air laut dari berbagai wilayah. Si B juga mengatakan air
laut asin, dengan satu sendok sampel air laut. Mana yang memiliki kemungkinan benar
lebih besar untuk menunjukkan bahwa air laut asin? Itulah probabilitas dalam
induksi. Nah, buku ini menggunakan bahasa Inggris
2.
Pelajaran Mantiq: Berkenalan Dasar-Dasar Logika Muslim (Mahmud Muntazeri
Muqaddam)
Buku ini isinya detil dan mengulas luas soal logika,
tetapi tidak panjang. Deskripsi pada setiap poin pembahasannya tidak seperti
pada buku pertama yang cenderung panjang. Tapi setiap poin pembahasan ada
contohnya, ini yang memudahkan pemahaman kita. Tebalnya hanya 207 halaman,
tergolong tipis.
Istilah-istilah di dalamnya cenderung berbahasa Arab
walaupun masih dipadankan ke dalam bahasa Indonesia. Teman-teman jangan
khawatir tidak mengerti istilahnya. Saya sendiri menyiasatinya dengan membuat
sendiri daftar istilah, semacam glosarium di bagian belakang buku.
Baca Juga: Surplus Value: Cara Kapitalis Peras Buruh
Adapun isi pembahasannya, saya sempat membuat peta
konsep buku ini. Isinya sebagaimana kajian logika dalam tradisi pemikiran Islam
pada umumnya yang membagai kajian logika menjadi tasawwur dan tasdiq atau
konsep dan justifikasi. Misalnya, kalau saya bilang “gunung” itu sebuah konsep
atau gambaran.
Konsep ini suatu gambaran yang hadir pada benak kita
yang sebelumnya kita tidak punya. Karena kita melihat gunung lalu punya
gambaran, maka itu konsep atau tasawwur.
Konsep ini tidak harus dinilai, besar-kecil, tinggi atau rendah. Ketika gunung
ini dinilai menjadi “gunung yang besar,” maka itulah tasdiq atau justifikasi.
Tasawwur
dan tasdiq dibahas panjang lebar
dalam buku ini. Tasawwur meliputi lafadz,
pemetaan konsep universal dan partikular (kulli
dan juz’i). Kemudian bagaimana relasi antar konsep-konsep universal, juga
dibahas soal definisi.
Adapun bagian tasdiq
mencakup pembahasan proposisi dan argumentasi. Proposisi di antaranya proposisi
kategoris dan hipotetis (hamliyah dan
syartiyah). Sementara argumentasi ada
argumentasi langsung (mubassyir) dan
tidak langsung (ghairu mubassyir). Di
sini dibahas inversi atau pembalikan, induksi, silogisme atau qiyas, dan analogi.
Baca Juga: Lima Paradoks Dalam Filsafat, Dari Tuhan Hingga Gerak
Menariknya lagi, di setiap awal pembahasan
dipaparkan tujuan pembahasan. Lalu setiap akhir pembahasan ada poin-poin dari
yang telah dibahas. Ini membuat kita lebih mudah mengingat apa yang telah
dibahas. Kemudian, ada tugas yang bisa dikerjakan untuk menguji pemahaman kita
tentang apa yang telah dibaca. Buku ini digunakan belajar secara otodidak
sepertinya sangat membantu secara teknis
3.
Belajar Konsep Logika: Menggali Struktur Berpikir ke arah Konsep Filsafat (Mutadha
Muthahari)
Secara model pembahasan buku ini serupa dengan buku
kedua tadi yaitu memilah tasawwur dan
tasdiq atau konsep dan justifikasi.
Hanya saja buku ini lebih padat lagi isinya. Kalau logika memiliki penekanan
pada definisi dan argumentasi, maka buku ini boleh dibilang 80 persen
pembahasannya adalah bagaimana membangun argumentasi.
Proposisi (qadiyah)
dan silogisme (qiyas) menjadi topik
yang tampaknya diperhatikan secara khusus di buku ini. Sangat detail bicara
soal proposisi, mulai pembagian proposisi hingga hukum-hukum proposisi. Begitu
juga soal silogisme, bahkan lima bab tersendiri membahas khusus silogisme.
Memang proposisi dan silogisme sangat erat kaitannya
dengan bagaimana kita membangun argumentasi agar tidak belepotan. Bahkan
Muthahhari menunjukkan proposisi yang secara spesifik digunakan dalam filsafat,
teologi dan sains. Menurutnya, tiga bidang ini memiliki kekhasan proposisinya
masing-masing.
Misalnya poposisi syaksiyah, yaitu proposisi yang subjeknya partikular. Misalnya,
saya pergi ke mekah. Proposisi ini hanya untuk ngobrol sehari-hari. Tidak bisa
dipakai dalam filsafat, teologi maupun sains, karena tiga bidang itu bicara
yang universal.
Kemudian ada proposisi thabi’iyah, yaitu proposisi yang subjeknya universal tetapi
predikatnya tidak memiliki hubungan ekstensi dengan subjeknya. Misalnya, hewan
itu genus. Jadi “genus” tidak ada hubungan dengan individu hewan pada subjek
proposisi itu.
Ia murni universal. Proposisi ini, kata Muthahhari,
dipakai oleh teologi dan filsafat terutama ketika mengkaji soal esensi, tetapi
tidak dipakai oleh sains.
Lalu proposisi
muhmalah, proposisi indeterminatif atau proposisi general. Proposisi yang
tidak menggunakan kuantifier baik universal maupun partikular. Misalnya,
mahasiswa adalah aktivis. Tidak ada kata semua dan tidak ada kata sebagian juga
di awal proposisi.
Proposisi ini tidak dipakai dalam filsafat dan sains,
karena tidak universal dan biasanya dihukumi sebagai partikular. Proposisi ini lebih
banyak dipakai untuk retorika, berdebat, atau untuk ngeles.
Berikutnya proposisi mahsurah. Proposisi ini yang predikatnya memiliki hubungan dengan
individu subjeknya dan biasanya ada keterangan jumlah atau kuantifiernya.
Misalnya, semua manusia berpikir. Jadi berpikir itu memiliki ekstensi pada
semua individu manusia. Proposisi inilah yang digunakan dalam filsafat dan
sains.
4.
Logika Scientifika: Pengantar Dialektika
dan Ilmu (Dr W Poespoprodjo)
Buku ini mengulas keterkaitan kuat antara logika dan
sains. Pembahasannya ada sejarah logika secara singkat. Kemudian lapangan yang
menjadi medan bagi logika scientifika yang relasinya dengan pengetahuan.
Proposisi-proposi yang kita bangun itu datangnya
dari pengetahuan yang diungkapkan lewat suatu wadah yaitu bahasa. Bahasa itulah
yang disusun menjadi proposisi, menjadi argumen. Jadi dalam hal ini proses abstraksi
memiliki peran penting.
Manusia sebagai mahluk jasmani-rohani memiliki
entitas yang mampu mengabstraksi yang dia cerap yang disebut intellektus agent. Pada waktu yang sama
manusia juga mampu mengetahui hasil abstraksinya itu yang disebut intellektus posibilis (akal budi). Dari
situlah logika itu dibangun, yang kemudian merentang dalam sejarah logika mulai
dari zaman Yunani, abad tengah, modern hingga kontemporer.
Selain itu buku ini juga mengulas relasi bahasa dan
pikiran. Bagaimana konsep itu lahir, lalu membahas juga soal proposisi dan
beberapa fallacy dalam logika.
5.
Tanpa Logika Loe Gila: Dasar-Dasar Ilmu
Logika Populer ditulis (Nayif bin Nahar)
Buku ini sangat pas bagi teman-teman yang belum
pernah belajar logika, karena memberi penguatan dasar seperti apa itu logika,
apa pentingnya logika, apakah logika bisa membuat kita berpikir benar. Lalu
hukum ilmu logika bagaimana, bagi sebagian mazhab dalam tradisi Islam ilmu
logika diharamkan seturut diharamkannya filsafat.
Padahal kata buku ini tidak haram, karena nisbah
haram bergantung pada dampak yang ditimbulkan dari suatu hal. Jika lebih banyak
bahayanya maka suatu hal dianggap haram, tapi pada logika, kata Nayif bin Nahar,
sama sekali tidak ditemukan bahayanya, justru manfaatnya sangat banyak.
Selain itu, buku ini mencoba menempatkan posisi
logika dalam kegiatan pertandaan kita yang rumit. Bahwa logika menyasar
pertandaan konvensional yang verbal. Secara garis besar yang dibahas di
antaranya konsep, definisi, proposisi dan inferensi.
Nah kalau teman-teman mempunyai ke lima buku ini, saran
saya urutan membacanya dimulai dari buku Tanpa
Logika Loe Gila, Logika Socientifika,
Belajar Konsep Logika, Pelajaran Mantiq, dan terakhir Introduction to Logic. Kalau teman-teman
mampu memahami kelima buku ini saya kira akan menemukan benang merah yang
penting dalam belajar logika.
Model membacanya, teman-teman jangan lupa membuat
peta konsep dari setiap buku yang sudah dibaca. Lalu peta konsep itu dibandingkan
satu sama lain. Itu akan memudahkan untuk memahami dan mendapati garis linear
dari semua buku ini. Selamat membaca semoga bermanfaat.
Cara Menerbitkan Artikel di Mazhabkepanjen.com
*) Naskah dikirim ke email: mazhabkepanjen21@gmail.com
*) Redaksi berhak tidak menayangkan artikel yang tidak
sesuia dengan kaidah dan filosofi Mazhabkepanjen.com
0 Komentar